Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup di keluarga yang
sederhana. Ia punya cita-cita yang tinggi. Saat masih remaja, dia
berkata kepada dirinya sendiri, "Suatu saat nanti, aku akan melakukan
apa yang menjadi cita-cita dalam hidupku, dan pada saat itu aku akan
bahagia.."
Dia senang membayangkan dirinya sudah memiliki sebuah mobil mewah,
mengendarainya, dan merasakan kebanggaan yang tidak terhingga karena dia
dikagumi dan dibanggakan oleh banyak orang. Maka, walaupun kemiskinan
tetap diakrabi dalam kesehariannya, sikapnya menjadi angkuh dan sombong
karena dia merasa kelak pasti akan kaya raya seperti yang diangankan
.
Ketika ditanya apakah telah melakukan sesuatu oleh teman-temannya, ia
menjawab, "Tunggu saja kawan, nanti akan kulakukan setelah aku lulus
sekolah."
Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi, ia
kembali berjanji kepada dirinya sendiri dan kepada orangtuanya bahwa ia
akan melakukan apa yang diinginkannya nanti, setelah ia mendapatkan
pekerjaan pertamanya.
Sebelum melangkah ke dunia kerja, dia meminta nasihat kepada seorang
guru besar tentang banyak hal yang dicita-citakan. Beliau berkata,
"Semua yang kamu inginkan, mobil dan rumah bagus lengkap dengan
fasilitasnya, adalah sesuatu yang bagus. Dan sesungguhnya, mobil dan
rumah mewah itu diciptakan untuk kita yang mau dan mampu memilikinya.
Dia tidak kemana-mana, kitalah yang harus bergerak untuk menghampiri dan
mendapatkannya."
Mendengar tuturan si guru, pemuda itu merasa puas. Sebab, ia makin yakin dengan anggapannya bahwa mobil dan rumah tidak akan ke mana-mana. Maka, ia pun bekerja seadanya. Setelah beberapa tahun bekerja, orangtuanya menanyakan, "Anakku, kapan kamu akan mengambil tindakan untuk mewujudkan cita-citamu?"
"Aku berjanji akan mengejar cita-citaku setelah menikahi gadis yang aku cintai. Karena dengan adanya dia sebagai pendamping hidup, maka langkahku akan mantap untuk mengejar cita-citaku."
Sampai suatu hari, setelah bertahun-tahun kemudian, ia mulai menua. Dalam hati, ia pun berkata, "Rupanya, sudah terlambat untuk memulainya sekarang. Sebab, umurku sudah tak lagi muda."
Begitulah, cita-cita si pemuda akhirnya hanya menjadi angan-angan dan omong kosong belaka. Kini, ia hanya bisa merasakan kepuasan semu dengan menikmati setiap hari dalam kehidupannya untuk mengkhayal, seandainya ia menjadi seperti yang ia cita-citakan.
Netter yang bijaksana,
Kebiasaan menunda dari waktu ke waktu, dapat membuat seseorang yang pada awalnya bersemangat bermimpi, akan kehilangan gairah, arah, tujuan dan berlari menjauh dari apa yang menjadi impiannya. Sebab, menunda sebenarnya hanya akan mengubur kesempatan demi kesempatan yang ada untuk mewujudkan impian.
Karena itu, cita-cita selamanya akan menjadi khayalan belaka jika kita tidak memulainya dengan rencana! Dan, yang utama, rencana tanpa tindakan nyata juga hanya akan jadi bualan semata.
Mari, selagi masih ada waktu, gunakan sebaik-baiknya waktu kita untuk menyusun kehidupan dan meraih kesempatan, demi menggapai cita-cita.
Salam sukses luar biasa!
0 comments:
Post a Comment